Alfian Adestya Putra

Mayeng-Mayeng moro Semarang

Mayeng-Mayeng moro Semarang

SEPASANG KAKI



SEPASANG KAKI
Alfian Adestya Putra

Hujan semakin deras, aku dan dia berteduh di sebuah halte tua. Aku lihat jam tangan ditangannya sudah menunjukan pukul 23.00 WIB. Mungkin ini Rabu malam yang sangat dingin baginya. Akupun tak tega, kuberikan jaket ku yang belum terlalu basah kepadanya dan memakaikan kepadanya. Mungkin sedikit basah namun tidak terlalu.
She : Kamu beda!!

Me : Apanya???
She : Kamu....
Me : Kok beda?? Itu hanya perasaan kamu saja...
She : Iya beda....
Me : Beda?? Sepert apa??
She : Gak tau,,,tapi aku rasa ada yang beda dari kamu...
Hujan semakin deras, hanya kami berdua yang masih berteduh di halte tua itu. Hanya terlihat dua lampu kota yangg masih menyala remang. Mungkin setiap lima menit dua atau tiga kendaraan yang lewat.
She : Mmmmm...
Me : Kenapa??
She : Menurut kamu aku beda gak?
Butuh beberapa detik aku untuk menjawabnya.
Me : Beda ??
She : Iya berbeda...
Me : Kamu masih sama seperti dulu ,gak ada yang beda..
          apa jawaban seperti itu yang kamu maksud??
She : Mungkin...kenapa kamu bilang seperti itu??
Me : Gak tau,,Cuma itu jawaban yang aku tahu...
Angin berhembus semakin kencang, sedangkan hujan masih begitu derasnya. Ku hidupkan korek api ku dan kubiarkan dia memegangnya, dengan harapan akan membuat sedikit hangat.
She : Aku gak tau tapi aku merasa kita berbeda dengan kita yang dahulu, kita yang sering melakukan kekonyolan dan mungkin kita saling dendam. Aku yang dulu sangat membencimu karena kamu adalah seseorang yang pernah memasukan katak kedalam tasku. Kamu juga yang pernah membuatku menangis ketika kamu menyembunyikan motorku, entah bagaimana kamu melakukannya. Aku juga gak tau kenapa kita sekarang bersama, lima bulan mungkin waktu yang singkat namun....aku bingung bagaimana menyikapi untuk kedepannya...dan sekarang kamu berbeda,dan entah apa itu???
Me : Mungkin itu masa dimana kita hanya dua orang ABG yang menjadi musuh, dan aku harus menang disetiap kesempatan, tapi sungguh,,,aku hanya melakukan tugasku sebagai pengganggu dikehidupanmmu,,,dan itu murni kelakuan bodoh yang aku jadikan sekotak senyuman indah bila aku mengingatnya...
She : Benar...kamu berbeda,...
Me : Aku sudah katakan padamu jika kamu masih sama,,,sekarang kenapa kamu mengatakan aku berbeda???
                She : Kamu...gak seperti anak kecil lagi...kamu begitu diam dan jarang melakukan hal konyol didepanku lagi....kamu gak pernah menkata-katai ku seperti dulu,,namun sebaliknya,,,kamu selalu menyemangatiku,,kamu selalu tersenyum dihadapanku...
Me : Itu...
She : Dan aku tak tahu cara menyikapinya....
Hujan perlahan mulai reda namun angin masih bertiup begitu kencangnya.
She : Kenapa ???
Me : Apa?
She : Kamu??
Me : Aku beda??
She : Iya..
                Me : Gak ada yang beda..aku masih sama kaya dulu..
                She : Kamu beda!!
                Me : Gak ada yang beda..mungkin karena dunia memang semestinya berputar dan kaki-kaki yang melangkah lebih jauh...
                She : Maksudnya...
                Me : Memang dulu kita adalah musuh namun sekarang kita adalah sepasang kaki...sepasang kaki yang berusaha menyatukan irama untuk melangkah, sepasang kaki yang tumbuh bersama dan menjelajahi dunia dengan langkah yang ceria...mungkin kita akan menemukan tanjakan,,,mungkin kita harus berenang atau kita harus tergelincir,,,namun kaki selalu  setia berdampingan,,dan dunia ini tidak hanya diam mungkin dulu aku melakukan hal konyol namun sekarang aku adalah atmosfer,,,yang melindungi dduniaku dan aku harus berusaha menjaga dan menyayangi duniaku....hanya itu yang aku tahu...
                She : Tapi ada satu hal yang tidak berubah darimu...
                Me : Apa????
                She : Kamu memiliki mata yang terlihat serius ketika kamu hanya berbicara denganku saja...
                Hujan pun berhenti Kuhidupkan Motorku dan kami pulang ditemani lampu ibu kota disepanjang perjalanan.
Tag : Diary
0 Komentar untuk "SEPASANG KAKI"

Monggo dikomentari rek...

Disqus Shortname

Back To Top