Alfian Adestya Putra

Mayeng-Mayeng moro Semarang

Mayeng-Mayeng moro Semarang

Pendidikan Kebencanaan : Bencana yang diakibatkan oleh konflik sosial





BENCANA YANG DIAKIBATKAN OLEH KONFLIK SOSIAL
Dibuat guna memenuhi nilai mata kuliah Pendidikan Kebencanaan


Disusun Oleh :

1.      Alfian Adestya Putra        /3201412039

2.      Endriani Eka S
3.      Irfan                     







Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Konflik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ketika orang memperebutkan sebuah area, mereka tidak hanya memperebutkan sebidang tanah saja, namun juga sumber daya alam seperti air dan hutan yang terkandung di dalamnya. Upreti (2006) menjelaskan bahwa pada umunya orang berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya alam karena empat alasan utama. Pertama, karena sumber daya alam merupakan “interconnected space” yang memungkinkan perilaku seseorang mampu mempengaruhi perilaku orang lain. Sumber daya alam juga memiliki aspek “social space” yang menghasilkan hubungan-hubungan tertentu diantara para pelaku. Selain itu sumber daya alam bisa menjadi langka atau hilang sama sekali terkait dengan perubahan lingkungan, permintaan pasar dan distribusi yang tidak merata. Yang terakhir, sumber daya alam pada derajat tertentu juga menjadi sebagai simbol bagi orang atau kelompok tertentu.
Konflik merupakan kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan, berbagai perbedaan pendapat dan konflik biasanya bisa diselesaikan tanpa kekerasaan, dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat (Fisher, 2001).
Dalam setiap kelompok social selalu ada benih-benih pertentangan antara individudan individu, kelompok dan kelompok, individu atau kelompok dengan pemerintah. Pertentangan ini biasanya berbentuk non fisik. Tetapi dapat berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan dan tidak berbentuk kekerasaan. Konflik berasal dari kata kerja Latin, yaitu configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Bencana Konflik Sosial?
2. Apa saja bentuk dari Konflik Sosial?
3. Apakah faktor penyebab timbulnya konflik sosial?
4. Bagaimana dampak dari konflik sosial?
5. Bagaimana upaya mmengatasi bencana konflik sosial?
6. Bagaimana contoh dari bentuk bencana konflik sosial yang terjadi di Indonesia?
 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bencana Sosial dan Bencana Konflik Sosial
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, Bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban  jiwa  manusia,  kerusakan  lingkungan,   kerugian  harta  benda,  dan  dampak   psikologis.
Berdasarkan  sumber  dan  penyebabnya,  bencana  dapat  dibagi  menjadi :

1.  Bencana  alam adalah segala jenis bencana yang sumber, perilaku, dan faktor penyebab atau pengaruhnya berasal dari alam, seperti : banjir, tanahlongsor, gempabumi, erupsi gunungapi, kekeringan, angin ribut dan tsunami.
2. Bencana non alam adalah  adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian  peristiwa  nonalam  yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Bencana sosial merupakan bencana yang disebabkan oleh ulah manusia (man made disasters) antara lain karena kelalaian, ketidaktahuan, maupun sempitnya wawasan dari sekelompok masyarakat. Bencana sosial dapat terjadi dalam bentuk kebakaran, orang terlantar (dalam maupun luar negeri), kecelakaan perahu, pelintas batas, repatrian, pencemaran lingkungan (polusi udara dan limbah industri) dan kerusuhan/konflik sosial (Departemen Sosial, 2003). Tetapi bencana sosial dapat muncul sebagai akibat bencana alam, baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia dalam memandang dan memanfaatkan sumberdaya alam (faktor antropgenik).
Apapun penyebabnya, bencana sosial akan memicu terjadinya konflik sosial, yang dapat dipercepat oleh adanya berbagai kebutuhan dan kepentingan manusia. Konflik tesebut dapat berupa konflik horizontal yang bernuansa suku, agama, ras, golongan, maupun konflik vertikal  sebagai akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Akibat konflik tersebut dapat memberikan dampak yang  berupa kerusuhan, kemiskinan, krisis sumberdaya alam, gangguan kesehatan dan krisis pendidikan,  hingga dekadensi moral.

B. Bentuk Konflik Sosial
Sebagaimana diungkapkan di depan, bahwa munculnya konflik dikarenakan adanya perbedaan dan keragaman. Berkaca dari pernyataan tersebut, Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi konflik. Lihat saja berita-berita di media massa, berbagai konflik terjadi di Indonesia baik konflik horizontal maupun vertikal. Konflik horizontal menunjuk pada konflik yang berkembang di antara anggota masyarakat. Yang termasuk dalam konflik horizontal adalah konflik yang bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan seperti di Papua, Poso, Sambas, dan Sampit. Sedangkan konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat dengan negara. Umumnya konflik ini terjadi karena ketidakpuasan akan cara kerja pemerintah. Seperti konflik dengan para buruh, konflik Aceh, serta daerah-daerah yang muncul gerakan separatisme.
Namun, dalam kenyataannya ditemukan banyak konflik dengan bentuk dan jenis yang beragam. Soerjono Soekanto (1989:90) berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis-jenis konflik tersebut. Menurutnya, konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:

a. Konflik Pribadi
Konflik terjadi dalam diri seseorang terhadap orang lain. Umumnya konflik pribadi diawali perasaan tidak suka terhadap orang lain, yang pada akhirnya melahirkan perasaan benci yang mendalam. Perasaan ini mendorong tersebut untuk memaki, menghina, bahkan memusnahkan pihak lawan. Pada dasarnya konflik pribadi sering terjadi dalam masyarakat.


b. Konflik Rasial
Konfilk rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman suku dan ras. Lantas, apa yang dimaksud dengan ras? Ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri biologisnya, seperti bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Secara umum ras di dunia dikelompokkan menjadi lima ras, yaitu Australoid, Mongoloid, Kaukasoid, Negroid, dan ras-ras khusus. Hal ini berarti kehidupan dunia berpotensi munculnya konflik juga jika perbedaan antarras dipertajam.
c. Konflik Antarkelas Sosial
Terjadinya kelas-kelas di masyarakat karena adanya sesuatu yang dihargai, seperti kekayaan, kehormatan, dan kekuasaan. Kesemua itu menjadi dasar penempatan seseorang dalam kelas-kelas sosial, yaitu kelas sosial atas, menengah, dan bawah. Seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar menempati posisi atas, sedangkan orang yang tidak memiliki kekayaan dan kekuasaan berada pada posisi bawah. Dari setiap kelas mengandung hak dan kewajiban serta kepentingan yang berbeda-beda. Jika perbedaan ini tidak dapat terjembatani, maka situasi kondisi tersebut mampu memicu munculnya konflik rasial.
d. Konflik Politik Antargolongan dalam Satu Masyarakat maupun antara Negara-Negara yang Berdaulat
Dunia perpolitikan pun tidak lepas dari munculnya konflik sosial. Politik adalah cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Konflik politik terjadi karena setiap golongan di masyarakat melakukan politik yang berbeda-beda pada saat menghadapi suatu masalah yang sama. Karena perbedaan inilah, maka peluang terjadinya konflik antargolongan terbuka lebar. Contoh rencana undang-undang pornoaksi dan pornografi sedang diulas, masyarakat Indonesia terbelah menjadi dua pemikiran, sehingga terjadi pertentangan antara kelompok masyarakat yang setuju dengan kelompok yang tidak menyetujuinya.

e. Konflik Bersifat Internasional
Konflik internasional biasanya terjadi karena perbedaanperbedaan kepentingan di mana menyangkut kedaulatan negara yang saling berkonflik. Karena mencakup suatu negara, maka akibat konflik ini dirasakan oleh seluruh rakyat dalam suatu negara. Apabila kita mau merenungkan sejenak, pada umumnya konflik internasional selalu berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan pada akhirnya menimbulkan perang antarbangsa
Berkembangnya konflik sosial akan membawa beberapa akibat sebagai berikut:
a) Yang Bersifat Konstruktif
  1. Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri (in group solidarity),artinya semakin besar permusuhan atau konflik terhadap kelompok luar, maka akan se- makin besar pula integrasi atau solidaritas intern kelompok.
  2. Munculnya pribadi-pribadi yang kuat atau tahan uji menghadapi berbagai situasi konflik.
  3. Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan seim- bang
b) Yang Bersifat Destruktif
  1. Retaknya persatuan kelompok
  2. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
  3. Berubahnya sikap dan kepribadian individu, baik yang mengarah ke hal yang posi- tif maupun ke hal yang negatif
  4. Munculnya dominasi kelompok yang menang terhadap kelompok yang kalah


C. Faktor Penyebab Timbulnya Konflik Sosial
Banyak orang berpendapat bahwa konflik terjadi karena adanya perebutan sesuatu yang jumlahnya terbatas. Adapula yang berpendapat bahwa konflik muncul karena adanya ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat, terutama antara kelas atas dan kelas bawah. Selain itu juga karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan, kebutuhan, dan tujuan dari masing masing anggota masyarakat. Sementara itu, Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebab sebab terjadinya konflik antara lain sebagai berikut.
1. Perbedaan Antar perorangan
Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, sebab dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan dengan individu yang lain. Misalnya dalam suatu diskusi kelas, kamu bersama kelompokmu kebetulan sebagai penyaji makalah. Pada satu kesempatan, ada temanmu yang mencoba untuk mengacaukan jalannya diskusi dengan menanyakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam diskusi tersebut. Kamu yang bertindak selaku moderator melakukan interupsi dan mencoba meluruskan pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si penanya) tadi menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan. Perbedaan pandangan dan pendirian tersebut akan menimbulkan perasaan amarah dan benci yang apabila tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan terjadi konflik.
2. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual, kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik sosial. Contohnya seseorang yang dibesarkan pada lingkungan kebudayaan yang bersifat individualis dihadapkan pada pergaulan kelompok yang bersifat sosial. Dia akan mengalami kesulitan apabila suatu saat ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan kelompok. Ada kecenderungan dia akan melakukan pemaksaan kehendak sehingga kebijakan yang diambil hanya menguntungkan satu pihak saja. Kebijakan semacam ini akan di tentang oleh kelompok besar dan yang pasti kebijakan tersebut tidak akan diterima sebagai kesepakatan bersama. Padahal dalam kelompok harus mengedepankan kepentingan bersama. Di sinilah letak timbulnya pertentangan yang disebabkan perbedaan kebudayaan.
Contoh lainnya adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki kebudayaan A, pindah ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan asal dengan konservatif, tentu saja ia tidak akan diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan kata lain meskipun orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat, alangkah lebih baik jika tetap melakukan penyesuaian terhadap kebudayaan tempat tinggalnya yang baru.
3.Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain. Misalnya kebijakan mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk mengikuti kontes ‘Ratu Sejagat’ atau ‘Miss Universe’. Dalam hal ini pemerintah menyetujui pengiriman tersebut, karena dipandang sebagai kepentingan untuk promosi kepariwisataan dan kebudayaan. Di sisi lain kaum agamis menolak pengiriman itu karena dipandang bertentangan dengan norma atau adat ketimuran (bangsa Indonesia). Bangsa Indonesia yang selama ini dianggap sebagai suatu bangsa yang menjunjung tinggi budaya timur yang santun, justru merelakan wakilnya untuk mengikuti kontes yang ternyata di dalamnya ada salah satu persyaratan yang mengharuskan untuk berfoto menggunakan swim suit (pakaian untuk berenang).
4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di dalam Masyarakat
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-prosessosial di dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial.
Contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat. Masyarakat banyak yang kurang siap dan kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan tersebut.

D. Dampak atau Bencana akibat Konflik Sosial
Dibagi menjadi dua yaitu positif dan negatif :

1. Dampak Positif  Konflik Sosial : Berikut dampak positif yang ditimbulkan konflik sosial meliputi :
  • Konflik dapat Bertambah kuatnya rasa solidaritas antara sesama anggota kelompok (in group solidarity)
  • Konflik dapat Menciptakan integrasi yang harmonis
  • Konflik dapat Memperkuat identitas pihak yang berkonflik
  • Konflik dapat Menciptakan kelompok baru
  • Konflik dapat Membuka wawasan
  • Konflik dapat memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih belum tuntas.
  • Konflik dapat meningkatkan solidaritas diantara angota kelompok.
  • Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau kelompok.
  • Konflik dapat memunculkan kompromi baru.

2. Dampak Negatif Berikut dampak positif yang ditimbulkan konflik sosial meliputi :
  • Rusaknya fasilitas umum. 
  • Terjadi perubahan kepribadian. Menyebabkan dominasi kelompok pemenang
  • Konflik dapat menimbulkan keretakan hubungan antara individu dan kelompok.
  • Konflik menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatuhnya korban jiwa.
  • Konflik menyebabkan adanya perubahan kepribadian.

E. Upaya Pengurangan Bencana Akibat Konflik
Bencana Konflik Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana akibat konflik antara lain :
1) Mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memelihara stabilitas ketentraman dan ketertiban
2) Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan keberagaman aspirasi politik, serta di tanamkan moral dan etika budaya politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
3) Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara konsisten, berkeadilan dan kejujuran.
4) Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya perlindungan penghormatan, dan penegakkan HAM.
5) Meningkatkan kinerja aparatur negara dalam rangka mewujudkan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdayaguna, produktif, transparan, bebas dari KKN.

F. Contoh Bencana Akibat Konflik Sosial di Indonesia
            Tragedi kerusuhan 1998 merupakan aksi bencana konflik sosial yang sangat menggemparkan dan memakan banyak kerugian. Aksi masyarakat dan mahasiswa untuk melengserkan era Soeharto inipun berhasil, tidak hanya berhasil mmelengserkan Presiden namun juga menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi atau dikenal dengan Krismon. Aksi mereka pun bisa dikatakan cukup brutal.
            Menurut laporan TGPF, korban jiwa mencapai di ibukota mencapai 1.190 orang tewas dibakar atau terbakar, 27 orang tewas karean senjata atau sebab lain, 91 luka-luka. Sementara data kerugian material berupa bangunan dan kendaraan dari Pemda DKI Jakarta senilai Rp 2,5 trilyun. Ini meliputi kerusakan di 13 pasar, 2.476 ruko, 40 mall/plaza, 1.604 toko, 45 bengkel, 2 kantor kecamatan, 11 kantor polisi, 389 kantor swasta, 65 bank, 24 restoran, 12 hotel, 9 SPBU, 8 bus kota, 1.119 mobil, 821 motor, 1.026 rumah dan gereja, 486 rambu lalu lintas, 11 taman dan 18 pagar. Malam itu kami lalui dengan menegangkan dan miris menyaksikan kenyataan bahwa ibukota tengah terbakar.


DAFTAR PUSTAKA


Tag : Makalah
0 Komentar untuk "Pendidikan Kebencanaan : Bencana yang diakibatkan oleh konflik sosial"

Monggo dikomentari rek...

Disqus Shortname

Back To Top