TEORI BELAJAR KOGNITIF
Disusun Oleh :
1.
ALFIAN
ADESTYA PUTRA / 3201412039
2.
RIFAN
WAHYU PAMBUDI / 3201412060
3.
CATUR
ARYPURNOMOSIDI / 3201412064
Rombel 10
MKU/MKDK PSIKOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Teori
pembelajaran merupakan penyedia panduan bagi pengajar untuk membantu siswa
didik dalam mengembangkan kognitif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual.
Panduan-panduan tersebut adalah kejelasan informasi yang mendeskripsikan
tujuan, pengetahuan yang diperlukan, dan unjuk kerjaan itu penting. Hal ini
adalah untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di dunia pendidikan. Ada dua
perubahan yang perlu diantisipasi, yaitu perubahan yang sifatnya sedikit demi
sedikit (piecemeal) dan yang bersifat sistemik (systemic). Jadi
teori pembelajaran itu penting sebagai suatu dasar pengetahuan yang memandu
praktek pendidikan: “bagaimana memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan
yang senantiasa berubah, terlebih dalam cakupan yang sistemik.
Praktek pembelajaran adalah suatu
subsistem yang merupakan bagian dari sebuah sistem. Jika dalam sebuah
perjalanan, sistemnya berubah, maka subsistemmnya pasti berubah, oleh karena
masing-masing kebutuhan subsistem harus memiliki titik temu dengan sistemnya
supaya sistem tersebut dapat mendukung subsistem secara berkelanjutan. Jadi
perubahan sistemik yang terjadi pada sistem pembelajaran mesti diikuti oleh
perubahan sistemik pada subsistem teori pembelajaran. Perubahan teori
pembelajaran harus diikuti oleh perubahan paradigma pembelajaran.
Alur berpikir diatas terbangun dari
sejarah perkembangan teori pembelajaran. Sebelum para tokoh psikologi membangun
dan menemukan teori belajar kognitif, terlebih dahulu sudah terdapat beberapa
teori pembelajaran yang telah muncul dan berkembang. Namun teori pembelajaran
yang ada saat itu mereka anggap masih kurang sempurna, hingga akhirnya
menginspirasikan beberapa tokoh psikologi untuk menyikapi kekurangan-kekurangan
dari beberapa teori belajar yang lebih awal yang dianggap masih ada beberapa
celah kekurangan, yang diantaranya adalah teori behavioristik. hal ini juga
berlaku untuk teori pembelajaran kognitif itu sendiri. Seiring berkembangnya
zaman selanjutnya pasti akan ditemukan kekurangan-kekurangan dari teori
kognitif ini dalam menjawab tuntutan zaman. Hal tersebut sekaligus memberikan
inspirasi bagi tokoh psikologi (di era selanjutnya) untuk mengkonstruksi teori
baru yang lebih mampu untuk menjawab tuntutan zaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian belajar kognitif ?
2. Apa saja macam-macam teori belajar kogbutif ?
3. Siapa tokoh-tokoh pada teori belajar kognitif, dan apa
pemikirannya ?
C. Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa pengertian belajar kognitif,
apa saja macam-macam teori belajar kognitif, dan siapa tokoh dan apa
pemikirannya tentang belajar kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Belajar Kognitif
Belajar
kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi,
terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang
dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal
berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar
merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga
diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan
nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses
usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai
akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan
nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
B.
Macam-macam
Teori Belajar Kognitif
Yang termasuk teori belajar
kognitif adalah:
1. Teori belajar Pengolahan Informasi
Gambar tersebut menunjukkan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan
informasi. Garis putus-putus menunjukkan batas antara kognitif internal dan
dunia eksternal. Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti
cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan
disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek.
Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori
jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam
kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan
ke dalam memori jangka panjang.
Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka
pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi
karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah
ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu
terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.
2. Teori belajar Kontruktivisme
Teori belajar Kontruktivisme
memandang bahwa:
- Belajar berarti
mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan yang masuk ke
dalam otak.
-
Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke
dalam dirinya
sendiri.
- Peserta didik sebagai individu yang selalu
memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan
prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila
sudah dianggap
tidak bisa digunakan lagi.
-
Peserta
didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan
lingkungannya.
Teori Kontruktivisme menetapkan 4
asumsi tentang belajar, yaitu:
- Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta
didik yang terkibat dalam belajar
aktif.
- Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta
didik yang membuat representasi atas
kegiatannya sendiri.
- Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta
didik yang menyampaikan maknanya
kepada orang lain.
-Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba
menjelaskan obyek
yang tidak benar-benar dipahaminya
Slavin
menyarankan 3 strategi belajar efektif, yaitu:
- membuat catatan
- belajar kelompok
- menggunakan metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, review)
C.
Tokoh-Tokoh Aliran Kognitif
1. Teori Belajar Cognitive Developmental Dari
Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang
bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari
konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena
penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur
yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan
kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak
ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif.
Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia
akan berbeda pula secara kualitatif.
Jean
Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap
yaitu:
a.
Tahap sensory
– motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih
sederhana.
Cirri-ciri tahap sensorimotor :
1) Didasarkan
tindakan praktis.
2)
Inteligensi
bersifat aksi, bukan refleksi.
3)
Menyangkut
jarak yang pendek antara subjek dan objek.
4)
Mengenai
periode sensorimotor:
5)
Umur
hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pd banyak faktor: lingkungan
sosial dan kematangan fisik.
6)
Urutan
periode tetap.
7)
Perkembangan
gradual dan merupakan proses yang kontinu.
b.
Tahap pre
– operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7
tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda,
dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstrak.
c.
Tahap concrete
– operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan
dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak
sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
d. Tahap formal
– operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir
abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
Dalam pandangan Piaget, proses
adaptasi seseorang dengan lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua
bentuk proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru
yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi / di kode ulang
disesuaikan dengan informasi yang baru diterima.
Dalam teori perkembangan kognitif
ini Piaget juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar
seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga
stabilitas mentalnya.Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan
antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman
luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan
dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi
D.
Beberapa
teori dan tokoh lain
Selain tiga tokoh diatas berikut
kami sampaikan secara singkat beberapa tokoh lain yang juga menjadikan
teori kognitif sebagai pijakan dalam mengembangkan teori yang mereka kemukakan.
Salah satu teori kognitif yang juga
sering dijadikan acuan adalah teori gestalt. Peletak dasar teori gestalt
adalah Merx Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem
solving. Sumbangannya diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan
secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler
(1887-1959) yang meneliti tentang insight pada simpase. Kaum gestaltis
berpendapat bahwa pengalaman itu berstuktur yang terbentuk dalam suatu
keseluruhan. Menurut pandangan gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan
pemahaman terhadap hubungan hubungan, terutama hubungan antara bagian dan
keseluruhan. Intinya, menurut mereka, tingkat kejelasan dan keberartian dari
apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan
belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran.
Selanjutnya tokoh dari teori
kognitif adalah Kurt Lewin (1892-1947). Mengembangkan suatu teori belajar
kognitif-field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi
social. Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan
yang bersifat psikologis. Medan dimana individu bereaksi disebut life space.
Life space mencankup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi, misalnya
; orang – orang yang dijumpainya, objek material yang ia hadapi serta fungsi
kejiwaan yang ia miliki. Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat
dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan sruktur kognitif itu adalah
hasil dari dua macam kekuatan, satu dari stuktur medan kognisi itu sendiri,
yang lainya dari kebutuhan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan
lebih penting pada motivasi dari reward.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian
unsur- unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami
stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan
pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi. Teori belajar
kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi
dalam akal pikiran manusia.
Yang termasuk teori belajar kognitif adalah Teori belajar Pengolahan
Informasi, dan teori belajar Kontruktivisme. Slavin menyarankan 3 strategi
belajar efektif,
Yaitu membuat catatan, belajar kelompok, menggunakan metode PQ4R (preview,
question,
read, reflect, recite, review).
Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak
menjadi
beberapa tahap yaitu:
a.
Tahap sensory
– motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan
motorik dan
persepi yang masih sederhana.
b. Tahap pre
– operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7
tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa
tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstrak.
c.
Tahap concrete
– operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan
dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak
sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
d. Tahap formal
– operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir
abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
Tag :
Makalah
0 Komentar untuk "MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN : TEORI BELAJAR KOGNITIF"
Monggo dikomentari rek...