MAKALAH
GEJALA , PROSES
, KELESTARIAN
AIR TANAH
Dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah Hidrografi
Dosen Pengampu :
ANDI IRWAN BENARDI,S.Pd.M.Pd.
Disusun Oleh :
Nama : ALFIAN ADESTYA PUTRA
NIM : 3201412039
Prodi : Pendidikan Geografi
Rombel : 1(satu)
GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena
dengan karunia-Nya saya dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “PEMBENTUKAN
AIR TANAH DAN SIKLUS HIDROLOGI”. Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam
proses pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat
pada waktunya.
Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada dosen
pembimbing Pak Andi Irwan Benardi,S.Pd.M.Pd.yang telah memberikan tugas mata
kuliah hidrografi,karena dengan tugas ini saya dapat belajar lebih baik . Saya juga mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi masukan baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada
pembaca dari hasil makalah ini. Karena itu saya berharap semoga karya ilmiah
ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Saya berharap semoga
karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Semarang, 20 April 2013
ALFIAN
ADESTYA PUTRA
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... 2
PENDAHULUAN.......................................................................................... 4-5
a.
Latar Belakang
b.
Rumusan Masalah
c.
Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN.............................................................................................. 6-24
A.
Pengertian Air Tanah
B.
Asal Usul Pembentukan Air Tanah
C.
Wadah Air Tanah
D.
Letak Air Tanah
E.
Pengaliran Air Tanah
F.
Siklus Air
G.
Macam Air Tanah
H.
Munculan Air Tanah
I.
Mutu Air Tanah
J.
Kegunaan Air Tanah
K.
Kelebihan Air Tanah
L.
Alasan Air Tanah Terbatas
M.
Cara Mengatasi Keterbatasan Air Tanah
N.
Dampak Pemanfaatan Air Tanah
O.
Upaya Pengendalian
PENUTUP............................................................................................... 25
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................. 26
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kejadian pembentukkan air tanah adalah salah satu fenomena alam yang sangat
menguntungkan bagi masyarakat. Dengan dihasilkannya air tanah tersebut, kita
dapat membuat sebuah sumur, sumber air kran, sumber air untuk irigasi, dan
masih banyak lagi manfaat yang lain yang kita dapatkan.
Air tanah yang adalah salah
satu jenis air yang akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai alternatif yang
biasa digunakan di desa maupun perkotaan. Banyak kelebihan dari air tanah
dibandingkan dengan air lainnya yang berada di permukaan Bumi. Sehingga,
alangkah baiknya jika kita menggunakan air tanah daripada air di permukaan
Bumi.
Saat ini Air tanah telah berubah dari yang masa lalu merupakan barang bebas
( free goods ) yang dapat dipakai secara bebas tanpa batas
dan belum memerlukan pengawasan pemanfaatan, tetapi pada era pembangunan saat
ini yang disertai dengan peningkatan kebutuhan airtanah yang sangat pesat telah
merubah nilai airtanah menjadi barang ekonomis ( economic goods ), artinya
airtanah diperdagangkan seperti komoditi yang lain, bahkan di beberapa tempat
airtanah mempunyai peran yang cukup strategis.
Namun penggunaan air yang
sangat berlebihan serta kurangnya lahan resapan menjadi penyebab utama menurunnya
kualitas dan kuantitas sumber daya air tanah, terutama pada masyarakat yang
hidup di kota. Kebutuhan manusia akan air sangatlah besar, dampak lingkungan
dari penggunaan air dalam jumlah yang sangat besar itu semakin tahun semakin
terasa, apalagi tidak tercukupinya tempat resapan air, mengakibatkan semakin
banyak daerah yang dahulu merupakan daerah subur sekarang bila musim kemarau
datang akan menjadi daerah tandus, dahulu daerah yang tidak pernah banjir
sekarang bila musim hujan tiba menjadi daerah banjir akibat beralih fungsinya
lahan resapan air.
Karenanya, dibutuhkan pengetahuan yang lebih luas lagi untuk dapat
mengelola serta menjaga kualitas dan kuantitas air tanah dengan bijak dan
cerdas, agar dapat mengupayakan penghematan air tanah yang semakin langka.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka rumusan masalah yang hendak dibahas adalah :
2.
Bagaimana
proses pembentukkan air tanah dalam siklus hidrologi ?
3.
Dimana letak
air tanah berdasarkan perbedaan relief permukaan Bumi ?
4.
Apa sajakah
kegunaan dari air tanah ?
5.
Apa
kelebihan air tanah dibandingkan dengan air lainnya yang berada di permukaan Bumi ?
6.
Apa yang
menyebabkan jumlah air tanah bersih terbatas dan sulit didapatkan ?
7.
Bagaimana
cara mengatasi keterbatasan air tanah?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui proses pembentukkan air tanah. Dengan mengetahui proses
pembentukkannya, kita akan mengetahui pula letak air tanah berdasarkan
perbedaan relief permukaan Bumi dan dapat bertindak cerdas dan bijak dalam
memanfaatkan air tanah. Sehingga, kebutuhan akan air yang bersih dan lebih
berkualitas daripada air permukaan Bumi dapat terpenuhi, baik bagi masyarakat
desa maupun kota. Dan kita juga bisa mengetahui cara untuk mengelola
air tanah dengan baik agar tidak cepat habis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Air Tanah (Ground Water)
Air tanah adalah air yang terdapat dalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah yang berasal dari air hujan.
Air hujan terbentuk karena proses kondensasi dari penguapan air yang ada di
permukaan Bumi. Setelah, meresap ke
dalam tanah, air tanah ada yang dimanfaatkan, dan ada yang mengalir lagi ke
laut. Sehingga, air tanah merupakan bagian dari siklus hidrologi atau siklus
air.
Menurut
Budhikuswansusilo, air tanah (Groundwater) adalah nama untuk menggambarkan air
yang tersimpan di bawah tanah dalam batuan yang permeabel. Periode
penyimpanannya dapat berbeda waktunya bergantung dari kondisi geologinya
(beberapa minggu – tahun). Pergerakan air tanah dapat muncul ke permukaan,
dengan manifestasinya sebagai mata air (spring) atau sungai (river).
Menurut Herlambang
(1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat
didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh
air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir
atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan
impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap
dan meloloskan air disebut akuifer
B. Asal Usul
Air Tanah dan Proses Pembentukkan Air Tanah (Ground Water)
Adalah
hal yang mutlak bagi para birokrat pengelola sumber daya air (tanah), untuk
memahami asal-usul (origin) dan sifat-sifat (nature) air tanah,
agar tidak terjadi kesalah-pengertian tentang sumberdaya yang dikelola.
Kesalah-pengertian tersebut akan menjadikan tujuan mewujudkan kemanfaatan air
tanah terutama bagi kaum miskin pengelolaan tidak mencapai sasarannya, bahkan
justru akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi keterdapatan air tanah itu
sendiri serta kaum miskin tersebut. Hal-hal pokok yang perlu dipahami tentang
asal-usul dan sifat-sifat air tanah antara lain tentang: Asal air tanah,
Pembentukan air tanah, wadah air tanah, pegaliran dan imbuhan air tanah serta
mutu air tanah.
Asal Air
Tanah
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah dan terletak
pada zona jenuh air. Air tanah berasal dari permukaan
tanah, misalkan hujan, sungai, danau. Dan dari dalam bumi sendiri diamana air
tersebut terjadi bersama-sama dengan batuannya, misalkan pada waktu terjadinya
batuan endapan terdapat air yang terjebak oleh batuan endapan tersebut.
Contohnya: air fosil yang biasanya asin air volkanik – panas dan mengandung
sulfur. Pembentukan
Air Tanah
Air tanah adalah semua air yang
terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of
saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan ,
yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of
aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga
mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Air tanah
adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang
selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan
kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman,
pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air
dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi tersebut
dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta
komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk
topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta
manusia yang berada di permiukaan.
Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi
(pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap
air permukaan, demikian sebaliknya.
Seperti yang kita ketahui bahwa pembentukkan air tanah tidak lepas dari
siklus hidrologi, karena air tanah merupakan bagian dari proses hidrologi. Maka
dari itu, kita harus mengetahui proses hidrologi terlebih dahulu untuk mengetahui proses pembentukkan air
tanah. Proses hidrologi sebagai berikut.
1.
Evaporasi
Evaporasi adalah proses penguapan dari tubuh perairan yang ada di permukaan
Bumi. Air kemudian menguap di permukaan Bumi menjadi panas oleh sinar matahari.
Uap air juga keluar dari daun-daun tanaman melalui proses transpirasi.
Penguapan dari daratan, danau, sungai, lahan yang basah, dan pemukaan tanah
yang lembab disebut evapotranspirasi.
2.
Kondensasi
Kondensasi adalah proses pembentukkan titik-titik air di atmosfer. Uap air
di atmosfer akan mengalami pendinginan. Proses kondensasi akan menyebabkan uap
air berubah menjadi embun, titik-titik air, salju, dan es. Kumpulan embun,
titik-titik air, salju dan es merupakan bahan pembentuk kabut dan awan. Kabut
dan awan adalah bahan yang dijadikan untuk hujan.
3.
Presipitasi
Presipitasi adalah titik-titik air yang turun menjadi hujan. Ketika embun,
titik-titik air, salju, dan es di awan memiliki ukuran yang besar dan menjadi
berat, mereka akan turun sebagai hujan.
Proses presipitasi berasal dari kumpulan awan dan kabut.
4.
Infiltrasi dan Perkolasi
Infiltrasi adalah proses meresapnya air permukaan ke dalam pori-pori atau
rongga tanah. Sedangkan perkolasi adalah proses mengalirnya air di dalam tanah
sampai mencapai muka air tanah. Sehingga menghasilkan sebuah aliran air di
dalam tanah yang kita sebut dengan air
tanah.
C. Wadah Air Tanah
Suatu
formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air
tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air – mata air disebut
akuifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang
dapat bertindak sebagai akuifer. Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut
dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan daya meluluskan air yang rendah,
misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Lapisan yang sama dapat juga
menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer tersebut di bawah
tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran
yang menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke
permukaan tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup
di atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer),
sama dengan tekanan udara luar.
Semua
akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar: (i) kapasitas menyimpan air tanah
dan (ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun demikaian sebagai hasil dari
keragaman geologinya, akuifer sangat beragam dalam sifat-sifat hidroliknya
(kelulusan dan simpanan) dan volume tandoannya (ketebalan dan sebaran
geografinya). Berdasarkan sifat-sifat tersebut akuifer dapat mengandung air
tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan sebaran yang luas hingga ribuan km2
atau sebaliknya.
Sebaran
akuifer serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan
administratif pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan
geologis yang mengandung satu akuifer atau lebih dengan penyebaran luas,
disebut cekungan air tanah.
D.
Letak Air Tanah Berdasarkan Perbedaan Relief Bumi
Letak air tanah berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah yang
lain. Biasanya semakin tinggi suatu dataran, maka semakin dalam pula letak air
tanah. Berdasarkan letak kedalaman, air tanah dibedakan menjadi air tanah
dangkal dan air tanah dalam :
a)
Air Tanah Dangkal
Air tanah
dangkal adalah air tanah yang berada di bawah permukaan tanah dan di atas
batuan kedap air (impermeable). Air tanah dangkal merupakan akuifer atas dan
sering disebut dengan air freatis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sumur
dangkal adalah :
1. Sumur
harus diberi tembok rapat air 3,00 m2 dari muka tanah, agar perembesan air permukaan
dapat dihindari.
2.
Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1 – 1,5 m2
untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar.
3. Pada
lantai sekelilingnya harus diberi saluran pembuangan air kotor agar air dapat tersalurkan
dan tidak akan mengotori sumur.
4.
Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke luar.
5. Pada
bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 m
b)
Air Tanah Dalam
Air tanah
dalam adalah air tanah yang berada di bawah lapisan air tanah dangkal dan di
antara dua lapisan batuan kedap air. Air
tanah dalam merupakan akuifer bawah. Pada air tanah dalam ini, biasanya banyak
air yang dapat memancarkan air dengan sendirinya saat dibuat sumur.
E. Pengaliran
Dan Imbuhan Air Tanah
Saat ini di
daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya sudah sangat
intensif, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan Medan, muka air
tanah dalam (piezometic head) umumnya sudah berada di bawah muka air
tanah dangkal (phreatic head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan,
yang sebelumnya air tanah dalam memasok air tanah dangkal (karena piezometic
head lebih tinggi dari phreatic head), saat ini justru sebaliknya
air tanah dangkal memasok air tanah dalam.
Jika jumlah
total pengambilan air tanah dari suatu sistem akuifer melampaui jumlah rata-rata
imbuhan, maka akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus serta
pengurangan cadangan air tanah dalam akuifer. (Seperti halnya aliran uang tunai
ke dalam tabungan, kalau pengeluaran melebihi pemasukan, maka saldo tabungan
akan terus berkurang). Jika ini hal ini terjadi, maka kondisi demikian disebut
pengambilan berlebih (over exploitation) , dan penambangan air tanah
terjadi.
Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap gerakan air di bawah permukaan tanah antara lain adalah:
- perbedaan kondisi energi di dalam airtanah itu sendiri,
- kelulusan lapisan pembawa air,
- kekentalan (viscosity) airtanah.
Airtanah memerlukan energi untuk
dapat bergerak mengalir melalui ruang antar butiran. Tenaga penggerak ini
bersumber dari energi potensial.
Energi potensial airtanah
dicerminkan dari tinggi muka airnya (piezometric) pada tempat yang
bersangkutan. Airtanah mengalir dari titik berenergi potensial tinggi ke arah
titik berenergi potensial lebih rendah; antara titik-titik yang berenergi
potensial sama tidak terdapat pengaliran airtanah. Garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang sama energi potensialnya disebut garis kontur
muka airtanah atau garis isohypse . Sepanjang garis kontur tersebut
tidak terdapat aliran airtanah, karena arah aliran airtanah tegak lurus
dengan garis kontur
F. Siklus Air
(Siklus Hidrologi)
Defenisi tentang air tanah diatas menunjukkan keterkaitan erat dengan air
permukaan (sungai, rawa, dan danau). Oleh karena itu, air tanah merupakan
bagian dari siklus air (the water cycle).
2.3.1 Gambar
Siklus Hidrologi
Proses Siklus Hidrologi
Jika hari
hujan maka air akan turun ke permukaan bumi. Air ini sebahagian akan mengalir
ke permukaan bumi menuju ke daerah yang lebih rendah dan bermuara di laut atau
di danau. Sebahagian lagi akan terserap oleh bumi dan “mengalir” di dalam tanah
atau tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah.
Air yang
telah sampai di laut ataupun di danau jika dikenai oleh sinar matahari akan
menguap dan bergabung membentuk awan. Oleh karena adanya perbedaan tekanan dan
temperatur di atas permukaan bumi maka terjadilah perpindahan udara atau
pergerakan udara yang kita sebut angin.
Angin ini
akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah yang lebih rendah temperatur
tekanannya. Jika awan yang dibawa oleh angin ini melalui daerah pegunungan,
maka gerakannya akan terhalang dan didorong untuk naik lebih tinggi lagi.
Karena temperatur akan semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan
laut, maka awan yang mengandung uap air tadi mencapai titik embunnya dan
terbentuklah butiran-butiran air yang kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai
air hujan.
Air hujan
ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah yang lebih rendah, dan
sebahagian diserap oleh bumi. Kemudian terus ke laut atau ke danau dan apabila
kena sinar matahari akan menguap ke udara dan membentuk awan. Awan akan
berkumpul dan kemudian dibawa oleh angin dan mengembun dan berubah menjadi
hujan. Begitulah seterusnya siklus dari air yang berulang secara bergantian.
G. Macam- macam Air Tanah
Menurut
Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa macam-macam akifer
sebagai berikut:
B Akifer Bebas (Unconfined Aquifer)
yaitu
lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas
lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water table
(preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama
dengan atmosfer.
B Akifer Tertekan (Confined Aquifer)
yaitu
aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik
yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari
pada tekanan atmosfer.
B Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer)
yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi
oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.
B Akifer Semi
Bebas (Semi Unconfined Aquifer)
yaitu aquifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air,
sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada
lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian
aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi
tertekan.
Akuifer : Suatu formasi batuan
yang mengandung cukup bahan-bahan yang lulus dan mampu melepaskan air dalam
jumlah berarti ke sumur-sumur atau mataair. Ini berarti, formasi tersebut
mempunyai kemampuan menyimpan dan melalukan air. Pasir dan kerikil merupakan
contoh jenis suatu akuifer.
Padanannya: lapisan pembawa/pengandung air, tandoan/waduk airtanah .
Padanannya: lapisan pembawa/pengandung air, tandoan/waduk airtanah .
Akuiklud : Suatu lapisan jenuh
air, tetapi relatif kedap air yang tidak dapat melepaskan airnya dalam jumlah
berarti. Lempung adalah contohnya.
Padanannya: persekat
Padanannya: persekat
Akuifug : Lapisan batuan yang
relatif kedap air, yang tidak mengandung ataupun dapat melalukan air. Batu
granit termasuk jenis ini.
Padanannya: perkedap
Padanannya: perkedap
Akuitard : Lapisan jenuh air namun
hanya sedikit lulus air dan tidak mampu melepaskan air dalam jumlah berarti ke
sumur-sumur. Lempung pasiran adalah salah satu contohnya.
Padanannya: perlambat
Padanannya: perlambat
Litologi Akuifer
Akuifer karena sifatnya seperti yang telah
disebutkan di muka, merupakan lapisan batuan yang sangat penting dalam usaha
penyadapan airtanah.
Litologi atau penyusun batuan dari lapisan akuifer
di Indonesia yang penting adalah:
·
Endapan aluvial : merupakan
endapan hasil rombakan dari batuan yang telah ada. Endapan ini terdiri dari
bahan-bahan lepas seperti pasir dan kerikil. Airtanah pada endapan ini mengisi
ruang antar butir. Endapan ini tersebar di daerah dataran.
·
Endapan volkanik muda :
merupakan endapan hasil kegiatan gunungapi, yang terdiri dari bahan-bahan lepas
maupun padu. Airtanah pada endapan ini menempati baik ruang antar butir pada material
lepas maupun mengisi rekah-rekah/rongga batuan padu. Endapan ini tersebar di
sekitar wilayah gunungapi.
·
Batugamping : merupakan endapan
laut yang mengandung karbonat, yang karena proses geologis diangkat ke
permukaan. Airtanah di sini mengisi terbatas pada rekahan, rongga, maupun
saluran hasil pelarutan . Endapan ini tersebar di tempat-tempat yang dahulu
berwujud lautan. Karena proses geologis, fisik, dan kimia, di beberapa daerah
sebaran endapan batuan ini membentuk suatu morfologi khas, yang disebut karst
.
·
JENIS AKUIFER
·
Ada beberapa jenis akuifer:
·
Akuifer tak-tertekan
(unconfined aquifer): adalah lapisan pembawa air, di mana kedudukan muka
airtanah merupakan bagian atas dari akuifer itu sendiri.
·
Airtanah di dalam akuifer ini disebut airtanah
tak-tertekan atau bebas , karena tekanan air di sini
sama dengan tekanan udara luar
·
Akuifer tertekan (confined
aquifer): adalah lapisan pembawa air, di mana airtanah terkurung oleh lapisan
kedap air, baik di bagian atas maupun di bagian bawahnya. Muka airtanah
kedudukannya berada lebih tinggi dari kedudukan bagian atas akuifer .
·
Muka airtanah ini (dalam kedudukan ini disebut
pisometri), dapat berada di atas atau di bawah muka tanah. Apabila tinggi
pisometri berada di atas muka tanah, maka air sumur yang menyadap akuifer jenis
ini akan mengalir secara bebas. Airtanah dalam kondisi demikian disebut artois
atau artesis .
·
Tergantung dari kelulusan lapisan pengurungnya,
akuifer tertekan dapat dibedakan menjadi akuifer setengah tertekan
(semi-confined aquifer) atau tertekan penuh .
·
Akuifer terangkat (perched
aquifer): merupakan kondisi khusus, di mana airtanah pada akuifer ini terpisah
dari airtanah utama oleh lapisan yang relatif kedap air dengan penyebaran
terbatas, dan terletak di atas muka airtanah utama.
H. MUNCULAN
AIRTANAH
Airtanah dapat muncul ke permukaan
secara alami, seperti mataair, maupun karena budidaya manusia, lewat sumurbor.Mataair
(spring) adalah keluaran terpusat dari airtanah yang muncul di permukaan
sebagai suatu aliran air. Mataair ditilik dari penyebab pemunculan dapat
digolongkan menjadi dua (Bryan vide Todd, 1980), yakni:
- Akibat dari kekuatan non gravitasi.
- Akibat kekuatan-kekuatan gravitasi.
Termasuk golongan yang pertama
adalah mataair yang berhubungan dengan rekahan yang meluas hingga jauh ke dalam
kerak bumi. Mataair jenis ini biasanya berupa mataair panas . Mataair gravitasi
adalah hasil dari aliran air di bawah tekanan hidrostatik. Secara umum
jenis-jenisnya dikenal sebagai berikut:
- Mataair depresi (depression springs) terbentuk karena permukaan tanah memotong muka airtanah.
- Mataair sentuh (contact springs) terbentuk karena lapisan yang lulus air yang dialasi oleh lapisan yang relatif kedap air teriris oleh muka tanah.
- Mataair artesis (artesian spring) terbentuk oleh pelepasan air di bawah tekanan dari akuifer tertekan pada singkapan akuifer atau melalui bukaan dari lapisan penutup.
- Mataair pipaan atau rekahan (tubular or fracture springs) muncul dari saluran, seperti lubang pada lava atau saluran pelarutan, atau muncul dari rekahan-rekahan batuan padu yang berhubungan dengan airtanah.
Munculan airtanah ke permukaan
karena budidaya manusia lewat sumurbor dapat dilakukan dengan menembus seluruh
tebal akuifer (fully penetrated) atau hanya menembus sebagian tebal akuifer
(partially penetrated).Konstruksi sumurbor sangat tergantung dari kondisi
akuifer serta kualitas airtanah. Oleh sebab itu ada bermacam-macam jenis konstruksi
sumurbor . Untuk mengetahui besarnya debit yang dapat dihasilkan oleh suatu
sumur dilakukan dengan cara uji pemompaan. Prinsipnya adalah memompa airtanah
dari sumur dengan debit konstan tertentu dan mengamati surutan muka
airtanah (drawdown) selama pemompaan berlangsung . Dari situ dapat dilihat
berapa besar kapasitas jenis sumur, yakni jumlah air yang dapat
dihasilkan dalam satuan volume tertentu (specific capacity) apabila muka air di
dalam sumur diturunkan dalam satu satuan panjang (misalnya liter/detik setiap
satu meter surutan). Di samping itu dari uji pemompaan dapat diketahui juga
parameter akuifer, seperti angka kelulusan (hydraulic conductivity).
Penurunan muka airtanah pada sumur
tunggal berbeda dengan penurunan muka airtanah pada sumur banyak. Pada sumur
banyak penurunan tersebut akan saling mempengaruhi, tergantung dari jarak antar
sumur .
Di suatu daerah, di mana banyak
sumur menyadap airtanah, pemompaan akan membentuk suatu kerucut penurunan (cone
of depression). Apabila ini terjadi di daerah pantai akan memicu intrusi air
laut , yakni aliran air payau/asin ke arah darat (sea water encroachment).
Sementara itu, kondisi yang demikian bila terjadi pada akuifer tertekan dengan
lapisan pengurung lempung, akan sangat potensial terjadinya amblesan tanah (land
subsidence).
I. MUTU AIRTANAH
Airtanah
sejak terbentuk di daerah imbuh dan mengalir ke daerah luahnya, melalui ruang
antara dari batuan penyusun akuifer. Dalam perjalanan tersebut airtanah
melarutkan mineral batuan serta dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Oleh
sebab itu, mutu airtanah dari satu tempat ke tempat lain sangat beragam
tergantung dari jenis batuan, di mana airtanah tersebut meresap, mengalir, dan
berakumulasi, serta kondisi lingkungan.
Mutu airtanah
dinyatakan menurut sifat fisik, kandungan unsur kimia, ataupun bakteriologi.
Persyaratan mutu airtanah telah dibakukan berdasarkan penggunaannya, seperti
mutu air untuk air minum, air irigasi, maupun industri.
Beberapa
unsur utama ( mayor constituents ) kandungan airtanah - 1,0 hingga 1000 mg/l -
adalah sodium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat, dan khlorida. Kandungan
khlorida yang tinggi merupakan indikasi adanya pencemaran bersumber dari air
limbah atau intrusi air laut.
Sementara
kandungan nitrat sebagai unsur sekunder (secondary constituents) - 0,01 hingga
10 mg/l - bersumber dari limbah manusia (anthropogenous), tanaman, maupun pupuk
buatan.
Pergerakan
air di bawah tanah dengan sumber airnya adalah air hujan dapat digambarkan
dalam beberapa tahapan berikut:
J
sebidang tanah alami
yang permukaannya ditumbuhi rerumputan dan sebatang pohon besar
J Ketika turun hujan, air hujan mulai membasahi permukaan
tanah
J Tanah yang alami dengan tetumbuhan di atasnya menyediakan
pori-pori, rongga-rongga dan celah tanah bagi air hujan sehingga air hujan bisa
leluasa merembes atau meresap ke dalam tanah. Air itu akan turun hingga kedalaman beberapa puluh
meter.
J Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus
bergerak ke bawah sampai dia mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak
antar butirannya sangat-sangat sempit yang tidak memungkinkan bagi air untuk
melewatinya. Ini adalah lapisan yang bersifat impermeabel. Lapisan seperti ini
disebut lapisan aquitard (gambar sebelah kanan bersifat impermeabel yang sulit
diisi air, sementara yang kiri bersifat permeabel yang berisi air).
J Karena air tak bisa lagi turun ke bawah, maka air tadi
hanya bisa mengisi ruang di antara butiran batuan di atas lapisan aquitard.
J Air yang datang kemudian akan menambah volume air yang
mengisi rongga-rongga antar butiran dan akan tersimpan disana. Penambahan volume air akan
berhenti seiring dengan berhentinya hujan.
J
Air yang tersimpan
di bawah tanah itu disebut air tanah. Sementara air yang tidak bisa diserap dan
berada di permukaan tanah disebut air permukaan
Permukaan
air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah yang terisi air
tanah disebut zona saturasi air.
Permukaan
zona saturasi — yang tak lain adalah water table tersebut — selalu
mengikuti bentuk topografi atau lekuk-lekuk permukaan bumi.
Disamping
air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah ke
atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum
hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik.
Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang
melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan
tebal lapisan.
K. Kegunaan Air Tanah
Kegunaan dari air tanah berdasarkan letak air tanah :
a)
Kegunaan Air Tanah Dangkal
·
Untuk membuat sumur
·
Untuk memasak penduduk desa
·
Untuk irigasi dalam pertanian
b)
Kegunaan Air Tanah Dalam
·
Untuk air minum penduduk kota
·
Kebutuhan air perhotelan, perkantoran, dan
industri
·
Untuk pembuatan sumur artesis
L.
Kelebihan Air Tanah Dari Air Biasa di Permukaan Bumi
Ternyata air tanah mempunyai kelebihan, baik kelebihan secara kualitas
maupun secara kuantitas. Kelebihan tersebut tentunya bermanfaat bagi makhluk
hidup yang menggunakannya. Kelebihan-kelebihan tersebut adalah sebagai berikut.
1.)
Lebih bersih, karena air tanah melewati pori-pori tanah atau rongga tanah yang
dapat menyaring atau menginfiltrasi air tanah menjadi bersih.
2.)
Jumlah kapur lebih sedikit, karena infiltrasi tanah menyebabkan kapur mengendap
di pori-pori tanah yang dilewati tanah saat meresap ke dalam tanah.
3.)
Mengandung zat pelarut unsur hara, yang baik untuk pertumbuhan tanah.
4.)
Mengandung zat-zat pemicu reaksi kimia, karena pada saat air tanah melewati
pori-pori tanah, banyak zat-zat kimia yang ikut ke dalam air tanah.
5.)
Jumlah oksigen dan mineral lebih banyak, karena air tanah mengambil oksigen
terlarut dan mineral langka yang tidak ada di permukaan Bumi.
M.
Alasan Jumlah Air Tanah Bersih Terbatas dan Sulit Didapatkan
Di zaman sekarang, terkadang manusia
bertindak kurang adil. Mereka terkadang melakukan hal-hal yang dapat merusak
lingkungan. Salah satu dampaknya adalah pada air tanah. Dampaknya adalah
turunnya kualitas dan jumlah air tanah. Itu sendiri adalah ulah manusianya
sendiri. Alasan-alasan air tanah yang bersih sulit didapatkan adalah sebagai
berikut.
1.)
Terhambatnya proses infiltrasi air pada siklus hidrologi oleh berbagai sampah
yang sulit terurai.
Contoh : plastik, dan kaleng.
2.)
Tercemarnya ait tanah oleh limbah-limbah pabrik ataupun industri. Contoh :
limbah batik yang meresap hingga ke lapisan muka air tanah.
3.)
Banyaknya pengeboran sumur yang dilakukan secara besar-besaran. Hal itu
menyebabkan jumlah air tanah terbatas, dan menyebabkan perubahan tekstur tanah
yang akhirnya menjadi longsor ke dalam.
Contoh : pengeboran yang
dilakukan di perkotaan.
N.
Cara Mengatasi Keterbatasan Air Tanah
1.)
Tidak memendam sampah yang sukar terurai ke dalam tanah sebelum dibakar atau
diubah ke dalam bentuk yang lebih kecil terlebih dahulu.
2.)
Mengolah terlebih dahulu limbah industri sebelum di buang atau diserapkan ke
tanah.
3.)
Menghindari pengeboran sumur yang besar-besaran.
4.)
Pengelolaan air tanah harus
didasarkan pada konsep pengelolaan cekungan air tanah ( Groundwater Basin Management
). Secara umum pengelolaan airtanah yang berwawasan lingkungan mencakup
kegiatan untuk pelaksanaan konservasi air tanah dan pemantauan keseimbangan pemanfaatan air tanah. Perlindungan sumber air baku merupakan bagian dari strategi
pelaksanaan pengelolaan
air tanah berwawasan lingkungan
perlu dilakukan secara benar dengan meningkatkan koordinasi berbagai tingkatan
instansi, serta dengan meningkatkan pemanfaatan data dan informasi air tanah secara terpadu.
5.) Untuk mengatasi kekurangan
air tanah, tidak ada jalan lain kecuali menyuntikkan air dalam jumlah cukup
besar ke dalam tanah. Jika dengan sengaja mengangkut air dari laut atau sungai,
tentu biayanya besar dan sulit. Alam telah menyediakan jalan melalui hujan, air
tidak perlu sengaja diangkut. Lagi pula, hujan terjadi terutama di daerah yang
terbebas banjir, atau daerah pegunungan, artinya cukup di hulu, memberi
kesempatan panjang untuk dapat menyuntikkannya ke dalam tanah agar air tanah di
kota tetap tersedia dan letaknya tidak sangat dalam.
O. Dampak
Pemanfaatan Air Tanah
Pada kenyataannya pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan sektor industri
dan jasa masih mengandalkan airtanah secara berlebih dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap
sumber daya air tanah maupun lingkungan, antara lain:
-
Penurunan
muka airtanah
-
Intrusi air
laut
-
Amblesan
tanah
% Penurunan
Muka Air Tanah
Pemanfaatan airtanah yang terus meningkat menyebabkan penurunan muka
airtanah. Hasil rekaman muka airtanah pada sumur-sumur pantau didaerah pengambilan airtanah intensif seperti: Cekungan Jakarta, Bandung, Semarang,
Pasuruan, Mojokerto menunjukkan kecenderungan muka airtanahnya yang terus
menurun. Demikian juga di daerah DIY.
Contoh cekungan di daerah Semarang:
Perubahan kedudukan muka airtanah di cekungan
Semarang periode 1993- 1994 diuraikan berikut ini;
· Daerah Semarang Utara meliputi Pusat Kota,
pemukiman Tanah Mas (Muka Air tanah Statis) dan daerah industri Kaligawe, MASnya antara 14,19 –
28,91m. bmt, dengan penurunan antara 0,6-1,9 m/tahun.
· Daerah Semarang Selatan meliputi daerah Candi,
Banyumanik MASnya antara 20,24 - 48,24 m.bmt dengan penurunan antara 0,37- 0,70 m/tahun.
· Daerah Kendal meliputi Kec. Kaliwungu, kota Kendal
MAS nya antara +1,0 hingga 21,16
m.bmt dengan penurunan antara 0,20 – 0,55 m/tahun.
· Daerah Demak meliputi Kota demak dan Mranggen
MASnya antara + 0,50 hingga 25,40
m.bmt dengan penurunan antara 0,15 –0,45 m/tahun.
% Intrusi Air
Laut
Apabila keseimbangan hidrostatik antara airtanah tawar dan airtanah asin di
daerah pantai terganggu, maka akan terjadi pergerakan airtanah asin/air
laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut.
Terminologi intrusi pada hakekatnya digunakan hanya setelah ada aksi, yaitu
pengambilan airtanah yang mengganggu keseimbangan hidrostatik. Adanya
intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan
airtanah di daerah pantai, karena berakibat langsung pada
mutu airtanah.
Airtanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum, karena adanya intrusi air laut, maka terjadi degradasi mutu, sehingga tidak layak lagi
digunakan untuk air minum.
Intrusi air laut teramati didaerah pantai Jakarta, Semarang, Denpasar,
Medan dan daerah-daerah pantai lainnya yang pemanfaatan airnya telah demikian
intensif.
Contoh cekungan di daerah Semarang:
Daerah Semarang bagian utara penyusupan air asin semakin meningkat sejak
beberapa tahun terakhir, terutama pada daerah pemukiman pusat perkotaan, dan di
beberpa wilayah industri di bagian utara,
miksalnya daerah sekitar Muara Kali Garang, Tanah Mas, Pengapon, Simpang Lima. Data penyusupan air asin tersebut
diatas adalah berdasarkan hasil
pemantauan dari beberapa sumur gali penduduk yang tersebar, maupun dari
kualitas sumur bor di beberapa tempat. Didaerah Semarang penyusupan air asin ini diperkirakan sudah
mencapai sejauh 2 km ke arah selatan garis pantai.
% Amblesan
Tanah
Permasalahan amblesan tanah (land subsidence) dapat akibat pengambilan airtanah yang berlebihan dari lapisan akuifer yang tertekan (confined
aquifers). Akibat pengambilan yang berlebihan (over
pumpage), maka airtanah yang tersimpan dalam pori- pori lapisan penutup akuifer (confined layer) akan terperas keluar dan mengakibatkan penyusutan lapisan penutup tersebut. Refleksinya adalah
penurunan permukaan tanah.
Amblesan tanah tidak dapat dilihat seketika, tetapi teramati dalam kurun
waktu yang lama dan berakibat pada daerah yang luas. Meskipun penyebab penurunan
tersebut masih memerlukan penelitian dan pemantaun rinci, namun bila mengacu
fenomena serupa beberapa kota dunia seperti Bangkok, Venesia, Tokyo maupun Meksiko
dapat diyakini, bahwa penurunan tersebut adalah bukti amblesan tanah yang disebabkan oleh pengambilan airtanah yang
berlebihan.
Contoh Cekungan di daerah Semarang:
Amblesan tanah terjadi juga didaerah pantai utara Semarang dengan indikasi telah mulai
tampak antara lain:
· Fondasi
sumurbor pantau di kompleks Sekolah STM Perkapalan dekat Muara kali Garang, Tambak Ikan seolah-olah terangkat kurang
lebih 20 cm (Juli1994), namun pada kenyataan permukaan tanah di sekitarnya yang
mengalami penurunan.
· Terjadinya retakan-retakan pada lantai bangunan Sekolah Pelayaran
Singosari, hampir pada semua bangunan di
kompleks tersebut.
· Terjadinya genangan air laut di daerah pantai, dan banjir di bagian Muara
Kali Karang yang sebelumnya belum pernah
terjadi.
P. Upaya
Pengendalian Dan Aspek Teknis
Mengingat
sebaran airtanah tidak dibatasi oleh batas-batas administratif suatu daerah, maka pengelolaan airtanah berdasarkan aspek
teknis seharusnya mengacu padasuatu cekungan air tanah, yakni suatu wilayah
yang ditentukan oleh batasan- batasan hidrogeologi,
di mana semua event hidrolika (pengisian, pengambilan dan pengaliran
airtanah) berlangsung.
Batasan-batasan teknis hidrogeologi ini menyangkut
geometri dan parameter akuifer,
jumlah dan mutu airtanah, pengaliran dan keterdapatan airtanah. Batasanbatasan tersebut menentukan berapa jumlah airtanah
yang dapat dimanfaatkan dan bagaimana upaya
konservasi airtanah harus dilakukan.
Beberapa tindakan upaya pengendalian dampak negatif
akibat pemompaan airtanah secara berlebihan,
antara lain:
B Penentuan Lokasi
Pemompaan
Mengingat keterdapatan lapisan pembawa airtanah
tidak merata, maka penentuan
lokasi pengambilan airtanah sangat menentukan, agar sumberdaya airtanah dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Disamping itu, pengaruh pengambilan airtanah
melalui sumur-sumur yang berdekatan akan mengakibatkan penurunan muka airtanah yang lebih dalam,
maka penentuan lokasi dan jarak
antar sumur, akan dapat mencegah pengaruh di atas.
B Pengaturan
Kedalaman Penyadapan
Suatu daerah sering mempunyai akuifer berlapis banyak
(multi layer aquifer). Kondisi yang demikian sangat memungkinkan untuk
dilakukan pengaturan kedalaman penyadapan pada
lapisan akuifer tertentu
Dengan pengaturan kedalaman penyadapan akan dapat
dihindari terjadinya eksploitasi
airtanah yang terkonsentrasi hanya pada satu lapisan akuifer tertentu, yang dampaknya tentu berbeda dengan penyadapan yang dilakukan pada beberapa
lapisan akuifer.
Peruntukan airtanah untuk berbagai keperluan,
diatur dengan mengambil airtanah dari berbagai kedalaman yang berbeda. Namun pada dasarnya
pengaturan kedalaman
penyadapan airtanah tetap mengacu pada prioritas peruntukan airtanah, di mana air minum merupakan prioritas utama di atas segala-galanya.
B Pembatasan
Debit Pemompaan
Pembatasan besarnya airtanah yang disadap ini,
bertujuan agar penurunan muka airtanah dapat dibatasi pada kedudukan yang aman. Pengertian aman
mempunyai arti dapat
mencegah terjadinya intrusi air laut pada pengambilan airtanah di daerah pantai, maupun kemungkinan
terjadinya amblesan, serta untuk menyesuaikan dengan cadangan airtanah yang tersedia. Namun konsekuensi dari
pembatasan ini adalah, harus dapat disediakan
sumber-sumber pasokan air yang lain, misalnya
dari air permukaan.
Kondisi hidrogeologi suatu daerah sangat menentukan
besar cadangan dan kualitas
airtanah, sehingga berapa batas yang aman jumlah debit pengambilan airtanah, sangat berbeda dari suatu daerah ke
daerah yang lain. Tetapi secara kualitatif dapat ditentukan, bahwa jumlah pengambilan airtanah hendaknya
tidak melebihi jumlah imbuhan
airtanah.
B Penambahan
Imbuhan
Berdasarkan pada daur hidrologi, sumber utama
airtanah adalah berasal dari air hujan. Indonesia yang beriklim tropis basah,
umumnya mempunyai curah hujan yang relatif
tinggi, lebih dari 1000 mm/tahun, dengan hari hujan yang relatif panjang. Kondisi ini sangat menguntungkan dalam imbuhan
airtanah secara alami, di mana pada saat musim hujan terjadi pengisian dan
penggantian dari defisit airtanah yang terjadi pada musim kemarau.
Dengan demikian akuifer akan mendapat penambahan cadangan airtanah.
Permasalahannya adalah di daerah-daerah yang telah
berkembang, terutama di kota-kota
besar, peristiwa pengisian kembali airtanah pada musim hujan terhambat karena adanya perubahan lingkungan. Daerah-daerah
yang sebetulnya merupakan daerah imbuh
airtanah telah berubah fungsi, sehingga hanya sebagian kecil air hujan yang
meresap dan mengimbuh airtanah. Pada daerah yang demikian, perlu upaya
penampungan air hujan untuk dimasukkan ke dalam sumur-sumur resapan.
B Penentuan
Kawasan Lindung
Kawasan lindung airtanah mengarah kepada penataan
ruang suatu daerah dengan maksud
untuk melindungi jumlah dan mutu sumberdaya airtanah. Oleh sebab itu, untuk menentukan kawasan lindung airtanah,
disamping kondisi hidrogeologi, maka penggunaan lahan dan keberadaan
infrastruktur harus dipertimbangkan.
Penentuan kawasan lindung ini merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk dilaksanakan, karena sering terjadi pertentangan
kepentingan. Misalnya, di daerah imbuh airtanah, sering terjadi tuntutan pembangunan sebagai daerah
pemukiman, industri,
buangan sampah, dan penggunaan lahan yang lain yang berdampak negatif terhadap jumlah maupun mutu airtanah. Oleh sebab itu banyak kendala
untuk memberlakukan secara efisien upaya
perlindungan airtanah. Meskipun demikian usaha-usaha perlindungan airtanah dapat ditetapkan dari sudut pandang hidrogeologi dan geologi lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan makalah yang saya buat, dapat disimpulkan bahwa proses pembentukkan air tanah tidak lepas dari
siklus hidrologi. Siklus Hidrologi diawali dengan proses penguapan (evaporasi)
sampai proses penyerapan air ke dalam tanah di daerah pegunungan, hingga
akhirnya terbentuk air tanah. Air tanah yang terbentuk akan mengalir lagi
menuju ke laut sebagai daerah yang lebih rendah daripada pegunungan. Air tanah
memiliki kelebihan dibandingkan air yang berada di permukaan, baik kualitas
maupun kuantitas. Maka dari itu, air tanah banyak sekali yang dimanfaatkan oleh
manusia untuk keperluan sehari-hari, seperti untuk mencuci baju, pakaian, mandi
dan minum. Akan tetapi, terkadang tindakan manusia menyebabkan air tanah
tersebut tercemar dan terbatas, namun tindakan tersebut masih bisa diatasi
dengan solusi yang kami paparkan.
B. Saran
Sebaiknya,
sebagai konsumen air tanah, kita tidak hanya berlaku sebagai pengguna dan
pemanfaat saja tanpa peduli bagaimana cara menjaga serta melestarikannya.
Karena betapa banyaknya manfaat yang dapat diperoleh jika air tanah tetap
terjaga baik secara kualitas maupun kuantitas, bagi kita ataupun bagi generasi
setelah kita. Karena kelak, tanpa disadari, jika kita tetap bersikap apatis
pada hal sepele seperti berhemat penggunaan air tanah, maka cepat atau lambat
air tanah yang dahulu melimpah akan berubah menjadi hal yang langka dan mahal.
Jadi, tak ada salahnya jika mulai dari sekarang jaga dan lestarikan air tanah,
baik dari segi jumlah maupun segi mutu dengan cara berhemat dan bijaksana dalam
penggunaan air tanah, terutama ketika beraktivitas sehari-hari. Selain itu kita
juga dapat membuat alternative lain yang dapat menyimpan air tanah dan mendaur
ulangnya agar air tanah yang telah terpakai dapat dimanfaatkan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, Tri dan Winarti.
2011. GEOGRAFI untuk SMA/MA Kelas X.
Klaten : Intan Pariwara.
Hendrayana,
Heru.2002.”Dampak Pemanfaatan Air
Tanah”.
Geologycal
Engineering.Dept.Gajah Mada University
Waluya, Bagja. 2007. GEOGRAFI SMA/MA untuk Kelas X, Semester 1 dan 2.
Bandung: Armico
(18 April 2013,15.44)
(18 April
2013,15.47)
(18 April
2013,15.58)
(18 April 2013,16.30)
(18 April 2013,16.45)
Tag :
Makalah
0 Komentar untuk "HIDROGRAFI : GEJALA,PROSES,KELESTARIAN AIR TANAH"
Monggo dikomentari rek...